Buku Modul Penanganan Faktor Resiko Bunuh Diri (BAB VI)
BAB VI
TEKNIK WAWANCARA KEPADA INDIVIDU BERISIKO, PENYINTAS DAN KELUARGA KORBAN BUNUH DIRI
A. Pentingnya bertanya langsung
Cara terbaik untuk mengetahui seseorang akan melakukan bunuh diri adalah dengan bertanya langsung (autoanamnesis). Hal ini bertolak belakang dengan apa yang dipercaya masyarakat selama ini, bahwa membicarakan bunuh diri akan menginspirasi mereka untuk melakukan tindakan bunuh diri. Pada kenyataannya mereka sangat senang dan lega dapat membicarakan secara terbuka mengenai dirinya dan pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk dalam diri mereka.
B. Jenis Pertanyaan
Pertanyaan terbuka |
Pertanyaan Tertutup |
|
|
Tabel.13. Pertanyaan Terbuka
C. Isi Pertanyaan
Langsung |
Tidak langsung |
|
|
Tabel.13. Pertanyaan langsung
D. Beberapa Pertanyaan yang Perlu Ditelusuri
- Apakah orang tersebut:
– Merasa sedih
– Merasa tidak ada orang yang peduli.
– Merasa hidup tidak berharga.
– Memikirkan tindakan bunuh diri.
– Seberapa kuat tekadnya untuk bunuh diri.
– Sudahkah terpikir waktu untuk melaksanakan niatnya.
– Sudahkah terpikir cara yang akan digunakan
Cermati Bahasa Verbal dan Non Verbal
Bahasa Verbal |
Bahasa Non Verbal |
|
|
Tabel.14. Bahasa Verbal dan Non verbal
Kapan saat bertanya yang tepat kepada orang yang berisiko bunuh diri?
- Pada saat seseorang merasa nyaman membicarakan perasaan-perasaannya.
- Pada saat seseorang tengah membicarakan perasaan negatif seperti rasa sepi, tidak berdaya dan sebagainya
- Pada saat seseorang telah memiliki perasaan bahwa dia dimengerti.
Semua pertanyaan hendaknya ditanyakan dengan cara-cara yang:
Care (peduli)
Concern (perhatian)
Compassion (penuh kasih-sayang)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan diketahui untuk berkomunikasi dengan mereka yang beresiko bunuh diri
Hal penting dalam wawancara
- • Kontak pertama dengan pelaku tindakan bunuh diri sangat menentukan berhasil atau tidaknya upaya mencegah tindakan bunuh diri.
- • Tempat pertemuan (salah satu ruangan di Rumah Sakit atau Puskesmas atau Klinik Konseling) perlu bersifat pribadi, tenang dan nyaman sehingga percakapan tentang hal-hal yang pribadi dapat dilakukan, tanpa takut diketahui oleh orang lain.
- • Sediakan waktu yang cukup dan siap untuk menghadapi gejolak emosi yang mungkin diperlihatkan oleh pelaku tindakan bunuh diri.
- • Jadilah pendengar yang baik, bisa merasakan apa yang sedang mereka alami tanpa ada upaya merendahkan apalagi memojokkan (berempati).
- • Berikan dukungan emosional, biasanya mereka akan bersikap lebih terbuka sehingga keinginan bunuh diri dapat diperkecil.
- • Kemampuan komunikasi yang baik dari seorang akan sangat membantu, karena pada saat seseorang merasa tidak mempunyai harapan lagi, kehadiran orang lain sebagai tempat berbagi, akan meringankan penderitaannya.
Cara melakukan komunikasi yang baik dengan individu berisiko
- Sikap dalam Berkomunikasi
- Bersikap empatik (kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain tanpa menjadi terlarut),ctenang dan mendengar dengan penuh perhatian.
- Perlihatkan sikap penuh perhatian dan penuh kehangatan.
- Pesan-pesan non verbal melalui gerak tubuh, hendaknya mencerminkan penghargaan dan penerimaan, bukan penolakan.
- Cara bicara yang tenang, penuh perhatian, tidak menilai dan menerima apa yang dikatakan merupakan hal-hal yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi yang baik.
- Dengarkan keluhannya, perlihatkan bahwa kita memahami apa yang sedang dihadapinya dengan tetap bersikap tenang.
- Berikan dukungan, perhatian dan jaga kerahasiaan.
- Tanyakan percobaan bunuh diri yang pernah dilakukan sebelumnya.
- Tanyakan rencana bunuh diri yang ingin dilakukan
- Ulur waktu dan buatlah perjanjian kesepakatan (misalnya menelpon petugas bila akan melakukan bunuh diri), membuka pikiran orang yang mempunyai rencana untuk bunuh diri bahwa masih ada jalan keluar lain selain bunuh diri.
- Telusuri dukungan sosial lain yang mungkin dimilikinya.
- Bila memungkinkan, jauhkan pelaku dari sarana atau alat yang dapat dipakai untuk melakukan tindakan bunuh diri. Bekerjasama dengan orang terdekat/keluarga.
- Lakukan sesuatu (misalnya beritahu orang lain dalam hal ini keluarga atau orang terdekat berdasarkan kesepakatan dengan pasien) dan berilah pertolongan yang sesuai keadaan pelaku
Hal hal yang yang harus dihindari ketika wawancara
Saat Berkomunikasi Hindari:
- Sering memotong pembicaraan.
- Pertanyaan yang bersifat interogatif
- Mengabaikan percobaan bunuh diri.
- Menantang si pelaku untuk melanjutkan niatnya bunuh diri.
- Membuat persoalan menjadi lebih rumit dengan komentar komentar yang tidak perlu
- Mengatakan bahwa segala sesuatu akan baik-baik saja.
- Memperlihatkan rasa terkejut, malu atau panik dan bersikap emosional.
- Memperlihatkan kesan sibuk dan tidak ingin diganggu.
- Menghakimi, menyalahkan, melecehkan dan memojokkan sehingga menambah rasa bersalah.
- Terlalu dominan atau otoriter.
- Memberikan jawaban–jawaban yang tidak jelas.
- Terlalu banyak bertanya.
- Meninggalkan pelaku tindakan bunuh diri seorang diri tanpa pengawasan.
Cara memberitahu keluarga
Cara berkomunikasi dengan keluarga
- Kita harus tetap menghormati hak mereka untuk mengijinkan boleh tidaknya kita menyampaikan pada keluarga. Meski demikian tetap kita arahkan agar keluarga harus tahu.
- Meminta persetujuan pasien dengan tindakan bunuh diri untuk mengetahui orang-orang terdekat yang dapat dihubungi. Setelah mendapatkan alamatnya segera menghubungi mereka.
- Sekalipun pasien tidak mengizinkan, cobalah untuk mencari orang yang bersimpati pada penderitaan dan mau menolongnya.
- Segera hubungi mereka, katakan sebelumnya dan jelaskan bahwa kadang-kadang lebih mudah untuk berbicara dengan orang lain dibandingkan dengan anggota keluarga.
- Dengan demikian pasien tidak akan merasa diabaikan atau sakit hati bila sikap keluarga tidak sesuai dengan yang diharapkan
- Bicaralah pada keluarga secara baik-baik tanpa menuduh atau membuat mereka merasa bersalah.
- Diskusikan dan buatlah daftar mengenai hal-hal yang bisa dilakukan oleh keluarga untuk meringankan beban pelaku bunuh diri.
- Tetap memperhatikan kebutuhan keluarga
Mengenali tahap kedukaan
Lima Tahap Kedukaan berdasarkan teori Kubler Ross
Pada dasarnya siapapun yang mengalami kedukaan untuk bisa menerimanya sebagai hal yang seharusnya terjadi harus melalui beberapa tahap yakni:
- Menyangkal
- Marah
- Menimbang
- Depresi
- Menerima
Padasaat seseorang berada pada tahap menyangkal dan marah, mereka cenderung belum siap menerima konseling, nasihat dan masukan. Mereka hanya ingin dimengerti, ditemani, didengarkan dan tidak disalahkan. Sikap orang terdekat sekedar mendampingi dan memberikan dukungan moral dan emosional bahwa kita ada untuk dia. Pada tahap ke 3 pelaku mulai bisa diajak berdiskusi tentang permasalahannya dan bagaimana sebaiknya jalan keluarnya. Boleh jadi setelah itu ia akan bisa menerima kenyataan, namun bisa juga sebelum bisa menerima kenyataan dia akan mengalami depresi, Orang yang mengalami depresi berat biasanya menyalahkan diri sendiri dan berfikir tentang kematian. Bila depresinya sampai mengganggu fungsi peran dan fungsi sosialnya perlu pengawasan ketat dan segera bawa ke profesional. Saat itu mereka punya risiko untuk bunuh diri,
Pahami apa yang dirasakan keluarga!
Cermati pelaku dan keluarga berada pada tahap apa!
Sikap Konselor/Caregiver:
- Seperti halnya pelaku tindakan bunuh diri, keluarga maupun orang-orang yang dekat dengan mereka juga membutuhkan bantuan karena mereka juga mengalami perasaan kehilangan, terpukul, bersalah, malu atau marah.
- Sebaiknya kita memperlakukan mereka dengan baik, berusaha memberikan dukungan, dan turut merasakan perasaan kehilangan atau rasa malu.
Sikap Konselor/Caregiver:
- Perlu diberikan penjelasan bahwa keluarga perlu bekerja sama dalam menangani anggota keluarga mereka karena kemungkinan tindakan bunuh diri yang gagal dapat terulang lagi pada masa yang akan datang.
Sikap Konselor/Caregiver:
- Tekankan bahwa keluarga merupakan sumber dukungan terbesar, oleh sebab itu sikap-sikap positif dari keluarga seperti kasih sayang, perhatian, dan sikap yang tidak memojokkan amat dibutuhkan untuk membantu proses pemulihan pelaku tindakan bunuh diri.
Perhatian khusus untuk mereka yang baru saja mencoba dan gagal
Menyikapi Penyintas Bunuh Diri:
- Pada dasarnya mereka sedang dalam kondisi depresi
- Secara kognitif mereka belum memiliki kesiapan untuk berdiskusi
- Berikan dukungan verbal dan non verbal bahwa mereka tidak sendirian menghadapi permasalahannya
- Dampingi
- Hubungkan dengan tenaga ahli atau pihak pihak yang berkompeten
- Pantau minum obat
- Waspada risiko mengulanginya di kemudian hari
Pada dasarnya bunuh diri bukan tujuan akhir namun sebagai cara untuk mendapatkan pertolongan dan mencari solusi
Jika kita paham kebutuhan psikologis mereka, sangat mungkin bunuh diri dapat dicegah.
Tim Penanggulangan dan Penanganan Bunuh Diri Kabupaten Gunungkidul.
Berita Terkait
- HUJAN, BANJIR, WASPADA LEPTOSPIROSIS
- ADVOKASI POKJANAL POSYANDU KABUPATEN GUNUNGKIDUL
- Pengukuhan DPW Himpunan Penggiat Adiwiyata Indonesia Kabupaten Gunungkidul dan Penguatan Forum Penggiat Adiwiyata Indonesia DIY
- Optimis Capaian Kinerja Tahun 2024 Meningkat
- Pastikan Keamanan Pangan Bulan Ramadhan, Balai Besar Pengawas Obat Makanan (BBPOM) di Yogyakarta Lakukan Intensifikasi Pengawasan Pangan Buka Puasa di Gunungkidul